Spiritualitas adalah kapasitas untuk melakukan eksperimen yang transenden dan agung terlepas dari kemanusiaan kita. Spiritualitas merupakan kebutuhan manusia, kecuali jika dilatih dan diterapkan secara penuh akal budi maka akan menimbulkan penolakan.
Menjadi spiritual seperti yang dipikirkan dan dipraktikkan banyak orang, tidak mesti berarti menjalani proses keagamaan. Spiritualitas bukanlah subjek yang pasti. Spiritualitas tidak mengikuti patokan-patokan yang bersifat resimental dan institusional, karena itu, lembaga-agama akan selalu menetapkan suatu patokan, bentuk, resimental dalam menjalankan spiritualitas tertentu. Tanpa berlebihan, kita dapat katakan, kita religius atau spiritual.
Spiritualitas berkaitan dengan hubungan yang tepat, langsung dan tidak terputus; Menjadi spiritual berarti mendekati yang ilahi sedemikian rupa sehingga kita akan menjadi serupa denganNya.
Oleh karena itu, siapa yang Anda cari sebagai sosok ilahi, Tuhan, akan mengatakan banyak hal tentang siapa Anda. Kekristenan, misalnya, memperkenalkan Tuhan melalui Yesus, karena Tuhan, sebagai siapa Dia, tidak dikenal dalam totalitas-Nya, tidak dapat dijangkau, tidak dapat diakses, kita hanya tahu tentang Dia apa yang diizinkan untuk kita ketahui, di dalam Kristus, Tuhan menjadikan diri-Nya sepenuhnya dikenal, dapat diakses, dan mungkin.
Dan Kristus ini mempersembahkan satu Tuhan dengan satu bentuk pengetahuan, KASIH.
“TUHAN ADALAH KASIH.” Tanda titik. Oleh karena itu, ketika kita berbicara tentang spiritualitas dalam agama Kristen, hal itu hanya ada di dalam Kristus, dan hanya mungkin terjadi jika sumber spiritualitas itu semata-mata dan eksklusif adalah Cinta; Cinta adalah sumber, kekuatan, sarana, akhir dari nalar spiritual kita. Jika kita memiliki cinta dalam spiritualitas, kita memiliki TUHAN, yang total dan mungkin, dan kita menjadi ilahi di hadapan manusia, sebagai manusia spiritual;
Spiritualitas Kristiani, yang secara keliru terjadi dalam suatu proses yang institusional dan terformat, telah mengacaukan manusia rohani dengan praktik-praktik eksternal.
Menjadi spiritual berarti mendasarkan hidup Anda pada cinta. Sesederhana itu. Dia yang mengasihi tidak berbuat dosa, sebab dalam segala sesuatu yang dipraktikkan, kasih merupakan penyebab pertama, dan dosa tidak ada lagi bagi dia yang mengasihi. Karena semua hukum yang ditinggalkan Tuhan adalah kriteria eksklusif dan didasarkan pada TIDAK ADA CINTA. Cinta kepada TUHAN, cinta kepada sesama, dan cinta kepada diri sendiri.
Tidak mengasihi berarti menyakiti orang lain, melakukan kejahatan, pengkhianatan, kebencian, balas dendam, keserakahan, ketidakjujuran, karena semua perbuatan itu tidak akan ada lagi jika praktek kehidupan yang dijalankan adalah kasih sayang. Itulah sebabnya cinta menutupi banyak sekali dosa. Itulah sebabnya di mana ada cinta di situ tidak ada hukum. Itulah sebabnya Tuhan ada di dalam orang yang dicintainya.
Tanpa kasih kita tidak rohani, kita tidak memiliki Kristus, kita tidak memiliki akses kepada Tuhan, kita tidak diselamatkan dalam hal apa pun, untuk apa pun dan oleh apa pun.
Orang yang rohani adalah orang yang hidup dalam cinta. Tanda titik.
Fabiano Moreno.